LAPORAN
PRAKTIKUM
EKOLOGI
UMUM
PERCOBAAN III
HUBUNGAN PRODUSEN DAN KONSUMEN DALAM SIKLUS KARBON
DI PERAIRAN
NAMA : BASRAWATI DAMING
NIM : H41113311
KELOMPOK : VII (TUJUH) B
HARI/
TANGGAL : SELASA/ 08 APRIL 2014
ASISTEN : YULIANI
SUCI MUSLIMAH
LABORATORIUM
ILMU LINGKUNGAN DAN KELAUTAN
JURUSAN
BIOLOGI
FAKULTAS
MATEMATIKA DAN ILMU PNGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS
HASANUDDIN
MAKASSAR
2014
BAB I
PENDAHULUAN
I.1
Latar Belakang
Sumber
energi bagi segala kehidupan adalah energi matahari hanya organisme autotrof
yang dapat menangkap dan memanfaatkan
energi matahari tersebut melalui proses fotosintesis organisme autotrof disebut
dengan produsen yang menyediakan energi
dalam bentuk makanan bagi konsumen I selanjutnya energi tersebut dimanfaatkan oleh konsumen II dan konsumen ke
III, konsumen IV dan berakhir pada penguraian
selain energy dalam bentuk makanan, tubuh organisme juga memerlukan air,
oksigen dan mineral. Munculnya jaringan-jaringan makanan diawali dengan
terjadinya proses perputaran zat dari tubuh organisme menuju tanah dari
reaksi-reaksi kimia (Annisa, 2009).
Karbon merupakan unsur penyusun semua senyawa organik
dan salah satu zat yang sangat penting atau diperlukan makhluk hidup selain
oksigen, air dan nitrogen. Di alam karbon tersedia dalam bentuk gas dan dapat
dimanfaatkan oleh tumbuhan melaui proses
fotosintesis. Bahkan karbon banyak
ditemui pada endapan dan di dalam air, dari atmosfer dan sedimen, karbon masuk ke
tubuh organisme secara kimia. Energi yang tersimpan pada tumbuhan terbentuk
karena fiksasi karbondioksida pada peristiwa fotosintesis (Jansen, 2004).
Siklus karbon terjadi berbarengan dengan pergerakan
energi, karbohidrat dihasilkan selama fotosintesis dan CO2 dibebaskan bersama
energi selama proses respirasi. Tumbuhan mendapatkan karbon dalam bentuk CO2 dari atmosfer melalui stomata daunnya dan
menggabungkannya ke dalam bahan organik tersebut kemudian menjadi sumber karbon
bagi konsumen. Respirasi oleh semua organisme
mengembalikan CO2 ke atmosfer
(Campbell, dkk., 2004).
Salah satu untuk melihat hubungan produsen dan
konsumen dalam pemakaian dan poduksi karbon dalam air dapat dilakukan dengan
uji bromtimol biru. Bromtimol biru merupakan suatu larutan indicator yang
berwana biru dalam larutan basa dan kuning dalam larutan asam. Gas
karbondioksida akan membentuk asam jika dilarutkan dalam air. Perubahan warna
pada perlakuan disebabkan oleh perubahan kandungan karbondioksida yang ada dalam
air. Kadar karbondioksida akan berkurang apabila terjadi proses fotosintesis
oleh tumbuhan. Sebaliknya kadar karbondioksida akan meningkat kalau terjadi
proses respirasi.
Pentingnya
mempelajari siklus karbon khususnya pada ekosistem perairan yang melatarbelakangi
dilakukannya percobaan ini.
I.2
Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan ini adalah:
1. Untuk
mengetahui hubungan antara produsen dan konsumen dalam pemanfaatan karbon dalam
ekosistem perairan.
2. Mengenalkan
dan melatih keterampilan mahasiswa dalam menggunakan peralatan yang berhubungan
siklus karbon.
I.3
Waktu dan Tempat Percobaan
Percobaan Hubungan
Produsen Dan Konsumen Dalam Siklus Karbon Di Perairan dilaksanakan pada hari Selasa, 08 April 2014 Pukul 14.00-17.00 WITA di Laboratorium Biologi Dasar, Jurusan
Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin,
Makassar.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Satu elemen penting di biosfer adalah
karbon. Karbon adalah tulang belulang dari komponen organik dan tersusun
mendekati dari 40% sampai 50% dari berat keadaan alam sekitar. Ada lebih
komponen yang terbuat dari karbon dari pada kombinasi elemennya. Banyak dari
karbon di bumi ditransfer dalam bentuk bahan bakar fosil, batu bara, tanah yang
dipakai sebagai bahan bakar, minyak dan gas alam (Lim, 1998).
Karbon
di alam selain dalam bentuk bahan organik, umumnya dalam bentuk gas dan batuan
karbonat yang dapat dimanfaatkan oleh tumbuhan. Karbon melalui proses
fotosintesis tumbuhan akan diubah menjadi senyawa organik yang dapat
dipergunakan oleh organisme lainnya. Tumbuhan sebagai pemakai utama karbon akan
memanfaatkannya melalui proses siklus materi karbon dan akan kembali lagi ke
atmosfer atau air sebagai CO2 sebagai hasil suatu proses metabolisme.
Konsentrasi karbon dioksida (CO2) yang tinggi akan mempengaruhi tumbuhan dalam
mengabsorbsi air dan unsur hara. Unsur karbon mempunyai kemampuan saling
mengikat antar sesamanya yang merupakan dasar untuk terbentuknya keragaman dan
ukuran molekuler sehingga tanpa proses ini kehidupan tidak akan ada (Umar, 2014).
Karbon adalah bahan penyususn dasar
semua senyawa organik. Pergerakannya dalam suatu ekosistem berbarengan dengan
pergerakan energi melebihi zat kimia lain, karbohidrat dihasilkan selama proses
fotosintesis dan CO2 dibebaskan bersama energi selama respirasi.
Dalam siklus karbon, proses timbal balik fotosintesis dan respirasi seluler
menyediakan suatu hubungan antara lingkungan atmosfer dan lingkungan terestial
maupun aquatik (Campbell,
dkk., 2004).
Siklus
karbon melibatkan seluruh lingkungan yang ada di alam semesta, meliputi
atmosfer, biosfer, hidrosfer dan geosfer karena itu, siklus karbon disebut
sebagai siklus biogeochemical. Pada setiap lingkungan dan antara lingkungan terjadi
pertukaran karbon. Karbon berpindah dari lingkungan atmosfer ke biosfer sebagai
gas karbondioksida. Gas karbondioksida digunakan tumbuhan untuk
berfotosintesis. Karbon memasuki lingkungan atmosfer dari lingkungan biosfer
juga sebagai gas karbondioksida. Gas karbondioksida dilepaskan ke atmosfer dari
hasil pernafasan mahluk hidup, hasil pembusukan/fermentasi oleh bakteri dan jamur
dan hasil pembakaran senyawa-senyawa organik. Selain petukaran karbon dari
lingkungan atmosfer ke biosfer atau sebaliknya karbon dipertukarkan dalam lingkungan bisofer
melalui rantai makanan. Pertukaran karbon pun terjadi dari lingkungan biosfer
ke geosfer. Cangkang hewan-hewan lunak pada umumnya mengandung karbonat.
Karbonat kemudian diubah menjadi batu kapur melalui suatu proses yang disebut
sedimentasi sedangkan perpindahan karbon dari lingkungan geosfer ke lingkungan
atmosfer terjadi melalui hasil reaksi batu kapur dan erupsi gunung merapi
(Prawirohartono, 2001).
Adapun macam-macam
karbon yang ada (Janzen, 2004) yaitu:
a.
Karbon di Atmosfer
Bagian terbesar dari karbon yang
berada di atmosfer Bumi adalah gas karbondioksida (CO2). Meskipun jumlah
gas ini merupakan bagian yang sangat kecil dari seluruh gas yang ada di
atmosfer (hanya sekitar 0,04% dalam basis molar meskipun sedang mengalami
kenaikan) namun memiliki peran yang penting dalam menyokong kehidupan. Gas-gas
lain yangmengandung karbon di atmosfer adalah metan dan kloroflorokarbon atau CFC (CFC ini merupakan gas
artifisial atau buatan). Gas-gas tersebut adalah gas rumah kaca yang
konsentrasinya di atmosfer telah bertambah dalam dekade terakhir ini dan
berperan dalam pemanasan global.
Sekitar 1900 gigaton karbon ada
di dalam biosfer. Karbon adalah bagian yang penting dalam kehidupan di bumi.
Karbon memiliki peran yang penting dalam struktur biokimia dan nutrisi pada semua sel makhluk
hidup.
Laut mengandung sekitar 36.000 gigaton karbon dimana sebagian besar dalam bentuk ion
bikarbonat. Karbon anorganik yaitu senyawa karbon tanpa ikatan karbon-karbon
atau karbon-hidrogen adalah penting dalam reaksinya di dalam air. Pertukaran
karbon ini menjadi penting dalam mengontrol pH di laut dan juga dapat berubah
sebagai sumber (source) atau lubuk (sink) karbon. Karbon siap
untuk saling dipertukarkan antara atmosfer dan lautan. Pada daerah upwelling, karbon
dilepaskan ke atmosfer. Sebaliknya, pada daerah downwelling karbon (CO2)
berpindah dari atmosfer ke lautan.
Karbon di alam selain dalam bentuk bahan
organik, umumnya dalam bentuk gas dan batuan karbonat yang dapat dimanfaatkan
oleh tumbuhan. Karbon melalui proses fotosintesis tumbuhan akan diubah menjadi
senyawa organik yang dapat dipergunakan oleh organisme lainnya. Tumbuhan
sebagai pemakai utama karbon akan memanfaatkannya melalui proses siklus materi
karbon dan akan kembali lagi ke atmosfer atau air sebagai karbon dioksida
sebagai hasil suatu proses metabolisme (Umar, 2014).
Konsentrasi
karbon dioksida yang tinggi akan mempengaruhi tumbuhan dalam mengabsorbsi air
dan unsur hara. Unsur karbon mempunyai kemampuan saling mengikat antar
sesamanya yang merupakan dasar untuk terbentuknya keragaman dan ukuran
molekuler, sehingga tanpa proses ini kehidupan tidak akan ada (Umar, 2014).
Faktor-faktor
yang mempengaruhi siklus karbon (Lutfi,
2009) yaitu :
1. Kadar pH di Laut.
2. Penguapan air laut
3. Pelapukan bantuan
4. Gunung merapi bawa laut
5. Difusi CO2 diudara
6. Pelapukan bantuan karbonat
Faktor-faktor
yang menyebabkan siklus karbon (Lutfi, 2012) adalah:
1) Pembakaran Bahan Fosil
Pembakaran
bahan fosil meningkatkan konsentrasi CO2 di bumi sehingga melampaui
tingkat-tingkat alamiah biarpun tidak beracun seperti halnya CO tetapi CO2
dapat berakibat naiknya suhu bumi. Pembakaran lahan fosil seperti batubara dan
inyak bumi banyak memberikan CO2 ke udara.
2) Berkurangnya Hutan dan Lingkungan Hijau
Sebaliknya
hutan dan lingkungan hijau makin berkurang akibat pembangunan jalan dan
bangunan. Kemampuan fotosintesis yang mengurangi kadar CO2 udara akan menurun.
Akibatnya daur karbon akan terganggu.
Sifat hutan yang ada akan berpengaruh pada kondisi udara di hari depan.
Peningkatan jumlah CO2 dan mendorong pertumbuhan tanaman lebih cepat, dimana
kenaikan fotosintesi akan mengurangi jumlah CO2 di udara.
Hubungan
antara produsen dan konsumen dalam kaitannya dengan siklus karbon dan mutlak
diperlukan dalam suatu ekosistem untuk menjaga kestabilannya. Di lingkungan
terbuka, sangat sulit untuk menentukan faktor apa yang mempengaruhi hubungan
tersebut karena terdapat banyak faktor yang mempengaruhinya. Dalam siklus
karbon, atom karbon terus mengalir dari produsen ke konsumen dalam bentuk
molekul CO2 dan karbohidrat sedangkan energi foton matahari digunakan sebagai
pemasok energi yang utama. Produsen memerlukan CO2 yang dihasilkan konsumen
untuk melakukan fotosintesis. Dari kegiatan fotosintesis tersebut, produsen
dapat menyediakan karbohidrat dan oksigen yang diperlukan oleh
konsumen dalam kehidupan
langsung (Russady, 2009).
Produsen
darat mendapatkan CO2 dari atmosfer sedangkan produsen dalam air mamanfaatkan
CO2 yang terlarut (sebagai bikarbonat dan HCO3). Kelarutan karbondioksida dalam
air berbeda dengan oksigen, karena gas ini bereaksi secara kimiawi dalam air.
Salah satu contohnya adalah apabila di dalam air laut karbondioksida bereaksi dengan
air menghasilkan asam karbonat yang
kemudian terdisiosiasi lagi menjadi ion hidrogen dan karbonat. Konsentrasi CO2
yang tinggi pula akan mempengaruhi tumbuhan dalam mengabsorbsi air dan unsua
hara (Umar, 2014).
Sebagai
akibat reaksi di atas ialah terjadinya produksi atau absorbsi hidrogen bebas
sehingga jumlah hidrogen dalam suatu larutan merupakan tolak ukur keasaman.
Lebih banyak ion H+ berarti lebih asam suatu larutan dan lebih sedikit H+ berarti lebih basa dengan kata lain larutan basa lebih banyak
mengandung ion OH. Sebagai akibat reaksi ialah terjadinya produksi atau
absorbsi hidrogen bebas, sehingga jumlah hidrogen dalam suatu larutan merupakan
tolok ukur keasaman (Prawirohartono, 2001).
Salah
satu cara untuk melihat hubungan produsen dan konsumen dalam pemakaian dan
produksi karbon dalam air dapat dilakukan dengan Uji Bromtimol Biru. Bromtimol
Biru merupakan suatu larutan indikator yang berwarna biru dalam larutan basa
dan kuning dalam larutan asam. Gas karbon dioksida akan membentuk asam jika
dilarutkan dalam air. Perubahan warna pada perlakuan disebabkan oleh perubahan
kandungan karbon dioksida yang ada dalam air. Kadar karbon dioksida akan
berkurang apabila terjadi proses fotosintesis oleh tumbuhan. Sebaliknya kadar
karbon dioksida akan meningkat kalau terjadi proses respirasi (Umar, 2014).
Selain
itu dapat pula digunakan metil biru. Metil Biru (Methyl Red ) adalah senyawa
organik yang memiliki rumus kimia C15H15N3O2, senyawa ini banyak dipakai untuk
indikator titrasi asam basa. Indikator ini berwarna biru pada pH dibawah 4,4
dan berwarna kuning diatas 6,2. Warna transisinya menghasilkan warna orange.
Apabila air yang ditetesi metil biru berwarna biru berarti semakin asam air
tersebut yang menandakan kadar CO2-nya meningkat, sedangkan bila airnya
berwarna kuning berarti kandungan CO2-nya kurang (Daniswara, 2009).
Setiap tingkatan trofik
rantai makanan, karbon kembali ke atmosfer atau air sebagai hasil pernapasan
(respirasi). Produsen, herbivora, dan karnivora selalu bernapas dan menghasilkan
gas karbondioksida. Setiap tahun, tumbuhan mengeluarkan sekitar sepertujuh dari
keseluruhan CO2 yang terdapat di atmosfer. Meskipun konsentarasi CO2
di atmosfer hanya sekitar 0,03%, namun karbon mengalami siklus yang cepat,
sebab tumbuhan mempunyai kebutuhan yang tinggi akan gas CO2.
Walaupun begitu, sejumlah karbon dipindahkan dari siklus itu dalam waktu yang
lebih lama. Hal ini mungkin terjadi karena karbon terkumpul di dalam kayu dan
bahan organik lain yang tahan lama, termasuk batu bara dan minyak bumi.
Perombakan oleh detritivor akhirnya mendaur ulang karbon ke atmosfer sebagai CO2 Selain itu pembakaran kayu dan bahan bakar
fosil juga ikut berperan, karena api dapat mengoksidasi bahan organik atau kayu
menjadi CO2 dengan lebih cepat. Untuk lebih jelasnya, perhatikan
Gambar 1 (Veanti, 2013).
Di udara, konsentrasi
karbondioksida sangat kecil bila dibandingkan dengan oksigen dan nitrogen
(kurang dari 0,04 %). Akan tetapi gas ini adalah gas rumah kaca yang berperan
dalam efek rumah kaca. Penambahan gas ini dapat meningkatkan suhu udara di
bumi. Sekarang ini, populasi tumbuhan semakin berkuran. Sedangkan kedaraan
bermotor bertambah banyak. Jadi kita bisa bayangkan bahwa pelepasan CO2
ke udara tidak sebanding dengan pengubahannya oleh tumbuhan menjadi karbohidrat
akan mempengaruhi keseimbangan atmosfer dan keseimbangan ekosistem di bumi
(Effendi, 2003).
BAB III
METODE PERCOBAAN
III.1 Alat
Alat-alat yang digunakan dalam
percobaan ini adalah botol sampel, pipet tetes, plastik elastis, karet gelang,
batang pengaduk, dan pinset.
III.2 Bahan
Bahan yang diperlukan untuk
percobaan ini adalah air, siput kecil Lymnea sp (konsumen), Hydrilla
sp. (produsen) dan metil biru.
III.3 Metode Kerja
Langkah-langkah kerja yang dilakukan dalam percobaan ini sebagai berikut:
1. Botol sampel
disiapkan sebanyak 8 buah untuk dua seri percobaan A dan B yang masing-masing
terdiri dari 4 tabung atau botol perlakuan. Label diberikan pada setiap
perlakuan dengan kode.
2. Setiap
tabung reaksi diisi dengan air secukupnya.
3. Kemudian ke
dalam tiap botol ditambahkan 10 tetes metil biru lalu air tersebut diaduk
dengan menggunakan batang pengaduk.
4. Siput
dimasukkan ke dalam botol perlakuan, siput Lymnea sp dan Hydrilla sp
dalam boto, Hydrilla sp ke dalam botol serta sebagai kontrol (tanpa perlakuan).
5. Semua botol
ditutup dengan menggunakan plastik elastis rapat-rapat jangan sampai ada
gelembung.
6. Dua kelompok
di tempat terang dan dua kelompok di kamar gelap.
7. Percobaan
tersebut diamati dengan interval waktu 24 jam selama 2 hari. Setiap kali
pengamatan, perubahan warna yang terjadi dicatat dan keadaan organismenya. Pada
hari kedua lakukan pertukaran kelompok pada tempat terang dan kelompok pada
tempat gelap.
8. Kemudian
dilakukan pengamatan kembali dengan interval waktu 24 jam, selama 2 hari dan
pada hari terakhir. Lalu perubahan warna yang terjadi dicatat.
9. Data hasil
pengamatan dibuat lalu dibuat simpulan berdasarkan hasil yang diperoleh.
DAFTAR PUSTAKA
Annisa, 2009, Hubungan
Produsen dan Konsumen, http//:www.wikipedia.com, diakses pada
tanggal 10 April 2014, pukul 22.00 WITA, Makassar.
Effendi,
Hefni, 2003, Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya Alam dan
Lingkungan Perairan, Kanisius, Yogyakarta.
Campbell, N. A., Reece, J. B., Mitchell, 2004, Biologi Edisi Kelima Jilid 3, Erlangga,
Jakarta.
Daniswara, 2009, Produsen dan
Konsumen Perairan, http//daniswara. wordpress.com, diakses pada tanggal 10
April 2014, pukul 22.00 WITA.
Janzen, H. H.,
2004, Carbon
Cycling in Earth Systems—A Soil Science Perspective, McGraw Hill
Book Company, New York.
Lim, D., 1998, Microbiology Second Edition, McGraw Hill
Companies, New York.
Lutfi, 2009, Pengaruh Siklus Karbon, http//:www.wikipedia.com,
diakses pada tanggal 10
April 2014, pukul 22.00 WITA.
Prawirohartono, S., 2001, Siklus Karbon, Bumi Aksara,
Jakarta.
Umar,
R., 2014, Penuntun Praktikum Ekologi Umum,
Universitas
Hasanuddin, Makassar.
Veanti, Okta,
2013, Daur Siklus Karbon, http://simplenews05.blogspot.com,
diakses pada hariKamis, 13 Maret 2014 pukul 21.00 WITA, Makassar.
BAB IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
IV.1. Hasil Pengamatan
a. Tabel
pengamatan perlakuan I A (terang), B (gelap)
Perlakuan
|
Kelompok A (Terang)
|
Kelompok B (Gelap)
|
||||
I
|
II
|
III
|
I
|
II
|
III
|
|
A1, B1
|
+++
|
++
|
+
|
+++
|
++
|
+
|
A2, B2
|
+++
|
+
|
-
|
+++
|
++
|
+
|
A3, B3
|
+++
|
++
|
+
|
+++
|
+
|
--
|
A4, B4
|
+++
|
+++
|
++
|
+++
|
+++
|
+++
|
A1 dan B1 : Siput Lymnea sp.
A2 dan B2 : Siput Lymnea sp. dan Hydrilla
verticillata
A3 dan B3 : Hydrilla verticillata
A4 dan B4 : Tanpa perlakuan (kontrol)
+++ :
Biru sekali/ pekat
++ : Biru sedang
+ :
Biru muda
- : Bening biru
-- : Bening sedikit biru
--- : bening jernih
IV. 2 Pembahasan
Karbon
adalah elemen penting karena dapat membentuk bahan organik yang diperlukan bagi
kehidupan di bumi. Karbon melalui rute perjalanannya di bumi mengalami suatu
siklus yang disebut siklus karbon. Siklus karbon memiliki dua bagian penting
yaitu siklus di daratan dan siklus di perairan. Siklus karbon di perairan
meninjau pergerakan karbon melalui ekosistem laut dan siklus karbon di daratan
meninjau pergerakan karbon melalui ekosistem daratan. Pada percobaan ini
dilakukan pengamatan dengan menggunakan 8 buah toples yang masing-masing diisi
dengan air yang kemudian diteteskan dengan methylen red. Botol tersebut dibagi
dalam dua pengamatan, A ditempat terang dan B ditempat gelap selama 3 hari pengamatan. Pada toples A1 dan B1 dimasukkan siput Lymnea sp., A2 dan B2 hiydrilla Hydrilla
verticillata, A3 dan B3 siput Lymnea sp. dan
hydrilla Hydrilla verticillata, A4 dan B4
tanpa perlakuan dan bertindak sebagai kontrol.
Berdasarkan pengamatan yang
dilakukan selama 3 hari
diperoleh hasil yaitu terjadi perubahan warna pada air toples A1 pada hari
pertama berwarna biru muda dan hari kedua bening kebiruan. Setelah ditukar pada
tempat gelap warna air semakin keruh. Pada botol B1 yang diletakkan pada tempat
yang terang terjadi perubahan warna, pada hari pertama berwarna biru muda, hari
kedua bening kebiruan, setelah ditukar pada tempat yang gelap, air
berangsur-angsur menjadi bening kemudian keruh. Hal ini menunjukkan pada botol
A1 dan B1 kadar oksigen sangat rendah karena digunakan oleh siput Lymnea sp.
untuk bernafas, pada akhirnya oksigen habis menyebabkan siput Lymnea sp. yang ada di dalamnya mati. Air yang
keruh disebabkan tingginya kandungan CO2 dan za-zat sisa dari tubuh siput Lymnea sp. yang telah mati.
Pada toples A2 pada hari pertama
berwarna biru dan hari kedua berwarna
biru muda. Setelah ditukar pada tempat gelap, air
berwarna biru muda dan hari keempat tetap berwarna biru muda. Pada botol B2
hari pertama warna biru dan hari kedua berwarna biru muda, setelah ditukar
tempatnya berwarna biru dan hari keempat berwarna biru muda. Hal ini menunjukkn
kandungan oksigen pada botol A2 dan B3 cukup tinggi. Sinar matahari membantu
hydrilla Hydrilla verticillata untuk memproduksi oksigen, semakin lama
warna menjadi bening kebiruan, itu terjadi karena kadar oksigen yang dihasilkan
semakin sedikit akibat klorofil dalam daun yang semakin sedikit pula, sedangkan
oksigen yang sebelumnya telah ada terurai dalam air. Pada botol B2 warna menjadi semakin biru
ketika ditukar pada tempat terang karena proses fotosintesis kembali aktif
akibat bantuan sinar matahari, namun perlahan-lahan menjadi bening pula ketika
zat klorofil daun semakin sedikit dan pada akhirnya habis.
Toples A3 pada hari pertama berwarna
bening kebiruan dan pada hari kedua berwarna keruh. Setelah ditukar pada tempat
gelap air semakin bertambah keruh. Begitu pula perubahan yang terjadi pada
toples B3, kemudian setelah ditukar ketempat terang air berubah menjadi semakin
keruh. Hal ini terjadi karena kadar oksigen yang diproduksi dalam proses
fotosintesis oleh hidrilla Hydrilla verticillata tidak sebanding dengan
oksigen yang digunakan untuk respirasi oleh siput Lymnea sp.. Akibatnya siput Lymnea sp. mati dan menyebabkan kekeruhan pada
air. Pada botol B3, air mengandung sangat sedikit oksigen dan segera habis pada
hari kedua. Hal itu terjadi karena oksigen digunakan oleh siput Lymnea sp. untuk respirasi, disisi lain tidak
ada oksigen yang dihasilkan dari proses fotosintesis karena tidak adanya sinar
matahari. Setelah ditukar pada tempat yang terang, hydrilla Hydrilla
verticillata hanya mampu menghasilkan sedikit oksigen karena cahaya matahari
yang ditangkap sedikit. Kandungan CO2 yang banyak dalam air
menyebabkan kekeruhan dan menghalangi masuknya sinar matahari yang akan
digunakan hydrilla Hydrilla verticillata untuk berfotosintesis.
Sementara pada toples A4 dan B4 yang
bertindak sebagai kontrol hanya berubah warna dari biru menjadi biru muda, hal
ini disebabkan karena toples ini sama sekali tidak menerima perlakuan sehingga
perubahan yang terjadi tidak signifikan.
Dalam siklus karbon, atom karbon
terus mengalir dari produsen ke konsumen dalam bentuk molekul CO2
dan karbohidrat, sedangkan energi foton matahari digunakan sebagai pemasok
energi yang utama. Produsen memerlukan CO2 yang dihasilkan konsumen
untuk melakukan fotosintesis. Dari kegiatan fotosintesis tersebut, produsen
dapat menyediakan karbohidrat dan oksigen yang diperlukan oleh konsumen dalam
kehidupan.
BAB V
PENUTUP
V.1
Kesimpulan
Berdasarkan percobaan ini dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1.
Karbon adalah elemen penting karena
dapat membentuk bahan organik yang diperlukan bagi kehidupan di bumi. Dalam
siklus karbon, atom karbon terus mengalir dari produsen ke konsumen dalam
bentuk molekul CO2 dan karbohidrat, sedangkan energi foton matahari
digunakan sebagai pemasok energi yang utama. Produsen memerlukan CO2
yang dihasilkan konsumen untuk melakukan fotosintesis. Dari kegiatan
fotosintesis tersebut, produsen dapat menyediakan karbohidrat dan oksigen yang
diperlukan oleh konsumen dalam kehidupan.
2.
Alat yang
digunakan pada percobaan siklus karbon adalah botol sampel, karet gelang,
plastik elastis, dan pipet tetes. Dan bahan yang digunakan adalah label, air,
siput Lymnaea
sp., Hydrilla Hydrilla
verticillata, dan larutan metilen biru.
V.2 Saran
Dalam
melakukan percobaan ini diperlakukan ketelitian dan kecermatan baik dalam melaukan
percobaan agar hasil percobaan yang diperoleh tidak menyimpang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar