LAPORAN
PRAKTIKUM
EKOLOGI
UMUM
PERCOBAAN IV
PENGARUH POLUSI DOMESTIK TERHADAP KUALITAS AIR
NAMA : BASRAWATI DAMING
NIM : H41113311
KELOMPOK : VII (TUJUH) B
HARI/
TANGGAL : SELASA/ 08 APRIL 2014
ASISTEN : YULIANI
SUCI MUSLIMAH
LABORATORIUM
ILMU LINGKUNGAN DAN KELAUTAN
JURUSAN
BIOLOGI
FAKULTAS
MATEMATIKA DAN ILMU PNGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS
HASANUDDIN
MAKASSAR
2014
BAB I
PENDAHULUAN
I.1
Latar Belakang
Lingkungan terdiri dari
komponen biotik dan abiotik jika
komponen biotik berada dalam komposisi yang proporsional antara tingkat trofik
dengan komponen abiotik yang mendukung kehidupan komponen biotik, lingkungan
tersebut berada dalam keseimbangan atau stabil. Keseimbangan lingkungan dapat
menjadi rusak artinya lingkungan menjadi tidak seimbang jika terjadi perubahan
yang melebihi daya dukung dan daya lentingnya (Umar, 2014 ).
Makhluk hidup yang ada di bumi ini tidak
dapat terlepas dari kebutuhan akan air. Air merupakan kebutuhan utama bagi
proses kehidupan di bumi ini. Namun dewasa ini air menjadi masalah yang perlu
mendapat perhatian yang seksama dan cermat
karena air sudah banyak tercemar oleh bermacam-macam
limbah dari hasil kegiatan manusia, baik limbah dari kegiatan rumah tangga,
limbah dari kegiatan indutsri dan lain-lain. Komponen pencemar air dapat berupa
bahan buangan padat, bahan buangan organik dan anorganik, bahan buangan olahan
bahan makanan, bahan buangan cairan berminyak, bahan buangan zat kimia seperti
sabun, deterjen dan zat warna sintetis serta bahan buangan berupa panas
(Wardhana, 1995).
Kehidupan
mikroorganisme seperti ikan dan hewan air lainnya, tidak terlepas dari
kandungan oksigen yang terlarut di dalam air, tidak berbeda dengan manusia dan
mahluk hidup lainnya yang ada di darat yang juga memerlukan oksigen dari udara agar
tetap dapat bertahan. Air yang tidak mengandung oksigen tidak dapat memberikan
kehidupan bagi mikroorganisme, ikan dan
hewan air lainnya. Oksigen yang terlarut di dalam air sangat penting artinya
bagi kehidupan (Sugiharto,1987).
Sebagian dari air buangan terdiri
atas komponen nitrogen seperti urea dan asam urik yang kemudian akan terurai
menjadi amoniak dan nitrit. Pada perairan yang dimasuki oleh limbah rumah
tangga biasanya akan menyebabkan populasi ganggang menjadi meningkat pesat
sebagai akibat banyaknya persediaan nutrien. Sebaliknya, persediaan oksigen
dalam perairan tersebut semakin berkurang disana dapat ditemukan Tubifex sp, hewan air yang mampu hidup
dengan baik di bawah kondisi defisiensi oksigen (Effendi, 2003).
Untuk mengetahui bagaimana pengaruh polusi domestik terhadap
kualitas air maka dilakukanlah percobaan ini untuk menentukan kualitas air dari
beberapa sumber yang berbeda dengan menggunakan indikator metil biru.
I.2
Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan ini adalah:
1. Untuk
mengetahui kualitas air dari beberapa sumber yang berbeda, dengan menggunakan
metilen biru.
2. Mengenalkan
dan melatih keterampilan mahasiswa dalam menggunakan peralatan yang berhubungan
dengan pencemaran lingkungan.
I.3
Waktu dan Tempat Percobaan
Percobaan Pengaruh Polusi Domestik
Terhadap Kualitas Air dilaksanakan pada hari Selasa, 08
April 2014 Pukul 14.00-17.00 WITA di Laboratorium Biologi Dasar, Jurusan
Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin,
Makassar.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Planet
bumi sebagian besar terdiri atas air karena luas daratan meman lebih kecil
dibandingkan dengan luas lautan. Makhluk hidup yang ada di bumi ini tidak dapat
terlepas dari kebutuhan akan air. Air merupakan kebutuhan utama bagi proses
kehidupan di bumi ini. Namun dewasa ini air menjafi masalah yang perlu mendapat
perhatian yang seksama dan cermat karena air sudah banyak tercemar oleh
bermacam-macam limbah dari hasil kegiatan manusia, baik limbah dari kegiatan
rumah tangga, limbah dari kegiatan indutsri dan lain-lain (Wardhana, 1995).
Menurut
UU Republik Indonesia No 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup
yang dimaksud dengan pencemaran lingkungan hidup yaitu masuknya atau
dimasukkannya mahluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain ke dalam
lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga kualitasnya turun sampai ke
tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan hidup tidak dapat berfungsi sesuai
dengan peruntukkannya. Demikian pula dengan lingkungan air yang dapat pula
tercemar karena masuknya atau dimasukannya mahluk hidup atau zat yang
membahayakan bagi kesehatan (Wibawanto, 2010).
Pencemaran air adalah penambahan unsur atau organisme laut
kedalam air sehingga pemanfaatannya dapat terganggu. Pencemaran air
dapat menyebabkan kerugian ekonomi dan sosial karena adanya gangguan oleh adanya zat-zat
beracun atau muatan bahan organik yang berlebih. Keadaan ini akan menyebabkan
oksigen terlarut dalam air pada kondisi yang kritis atau merusak kadar kimia
air(Salmin, 2005).
Pencemaran air terjadi apabila dalam
air terdapat berbagai macam zat atau
kondisi (misal Panas) yang dapat
menurunkan standar kualitas air yang telah ditentukan sehingga tidak dapat digunakan untuk kebutuhan
tertentu. Suatu sumber air dikatakan tercemar tidak hanya karena tercampur
dengan bahan pencemar, akan tetapi apabila air tersebut tidak sesuai dengan
kebutuhan tertentu sebagai contoh suatu sumber air yang mengandung logam berat
atau mengandung bakteri penyakit masih dapat digunakan untuk kebutuhan industri
atau sebagai pembangkit tenaga listrik, akan tetapi tidak dapat digunakan untuk
kebutuhan rumah tangga (keperluan air minum, memasak, mandi dan mencuci)
(Sugiharto, 1987).
Air yang tercemar
mempunyai kandungan oksigen sangat rendah, hal ini disebabkan oleh oksigen
terlarut dalam air diserap oleh mikroorganisme untuk mendegradasi bahan buangan
organik sehingga mengikuti reaksi oksidasi biasa atau menjadi bahan yang mudah
menguap. Dalam proses degradasi membutuhkan sekitar 10-20 hari pada suhu 20oC,
dalam 2 hari kemungkinan besar reaksi sudah mencapai 50% dan pada hari ke 5
reaksi sudah mencapai 75% bahan terdegradasi dan ini tergantung dari kerja
mikroorganisme dan jumlah oksigen terlarut. Semakin tinggi aktivitas mikroba
menguraikan bahan organik makin cepat kandungan O2 dalam air habis sehingga dapat
dikatakan bahwa kestabilan relatif dari air tadi rendah (Umar, 2014).
Pencemaran air dapat
dikelompokkan kedalam 2 kategori yaitu sumber langsung dan sumber tidak
langsung. Sumber langsung sumber-sumber langsung adalah buangan effluent
yang
berasal dari sumber pencemarnya yaitu limbah hasil pabrik atau
limbah dari hasil kegiatan domestic berupa buangan hasil cucian atau sampah,
pencemaran terjadi karena buangan ini langsung dibuang ke badan air (sistem)
seperti sungai, danau, kanal, parit atau selokan. Sumber-sumber tidak
langsung adalah kontaminan yang masuk melalui air tanah akibat adanya
pencemaran pada air permukaan baik dari
limbah domestik maupun dari limbah industri (Endang,
2008).
Ada beberapa penyebab terjadinya pencemaran air antara lain apabila air
terkontaminasi dengan bahan pencemar air seperti sampah rumah tangga, sampah
lembah industri, sisa-sisa pupuk atau pestisida dari daerah pertanian, limbah
rumah sakit, limbah kotoran ternak, partikulat-partikulat padat hasil kebakaran
hutan dan gunung berapi yang meletus atau endapan hasil erosi tempat-tempat yang
dilaluinya (Soendjojo,1990).
Polusi domestik atau
polusi akibat aktivitas rumah tangga yang dapat berupa sampah, sisa makanan, sabun, deterjen dan bahan tinja, di mana bahan ini mudah diuraikan oleh mikroba air dengan
menggunakan oksigen terlarut dalam air. Derajat pencemaran suatu perairan dapat
diketahui dengan bermacam-macam cara misalnya
berdasarkan kejernihan air, kandungan O2 terlarut, kebutuhan O2 oleh mikroba (BOD
= Biological Oxygen Demand) dan proses
kimiawi lainnya dalam penguraian bahan organik di dalam air (Umar, 2014).
BOD (Biochemical Oxygen
Demand) artinya kebutuhan oksigen biokimia yang menunjukkan jumlah oksigen yang
digunakan dalam reaksi oksidasi oleh bakteri sehingga makin banyak bahan organik dalam air, makin
besar BOD nya sedangkan DO akan makin rendah. Air yang bersih adalah yang BOD
nya kurang dari 1 mg/l atau 1 ppm, jika BOD nya di atas 4 ppm, air dikatakan tercemar yang dimaksud adalah oksigen terlarut yang terkandung di dalam air, berasal
dari udara dan hasil proses fotosintesis tumbuhan air. Oksigen diperlukan oleh
semua makhluk yang hidup di air seperti ikan, udang, kerang dan hewan lainnya
termasuk mikroorganisme seperti bakteri. Apabila sungai menjadi tempat
pembuangan limbah yang mengandung bahan organik sebagian besar oksigen
terlarut digunakan bakteri aerob untuk mengoksidasi karbon dan nitrogen dalam
bahan organik menjadi karbondioksida dan air. Sehingga kadar oksigen terlarut
akan berkurang dengan cepat dan akibatnya hewan-hewan seperti ikan dan udang
akan mati (Sugiharto,
1987).
Oksigen terlarut (dissolved
oxygen, disingkat DO) atau sering juga disebut dengan kebutuhan
oksigen (Oxygen demand) merupakan salah satu parameter penting
dalam analisis kualitas air. Nilai DO yang biasanya diukur dalam bentuk
konsentrasi ini menunjukan jumlah oksigen (O2) yang tersedia dalam suatu badan air. Semakin besar nilai DO pada air,
mengindikasikan air tersebut memiliki kualitas yang bagus. Sebaliknya jika
nilai DO rendah, dapat diketahui bahwa air tersebut telah tercemar. Pengukuran
DO juga bertujuan melihat sejauh mana badan air mampu menampung biota air
seperti ikan (Sugiharto, 1987).
Parameter pencemaran air yaitu masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi
dan atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup, oleh kegiatan manusia sehingga
kualitasnya turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan hidup
tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukkannya. Air dikatakan tercemar apabila kualitasnya turun sampai ke tingkat yang
membahayakan sehingga air tidak bisa digunakan sesuai peruntukannya. Ada beberapa parameter untuk
mengetahui kualitas air (Izzudin, 2004) yaitu:
1. Parameter Kimia
a. DO (Dissolved Oxygen), yang
dimaksud dengan DO adalah oksigen terlarut
yang terkandung di dalam air, berasal dari udara dan hasil proses fotosintesis
tumbuhan air. Oksigen diperlukan oleh semua makhluk yang hidup di air seperti ikan, udang, kerang dan hewan lainnya
termasuk mikroorganisme seperti bakteri.
Agar ikan dapat hidup, air harus mengandung oksigen paling sedikit 5 mg/
liter atau 5 ppm (part per million). Apabila kadar oksigen kurang dari 5 ppm,
ikan akan mati tetapi bakteri yang kebutuhan oksigen terlarutnya lebih rendah
dari 5 ppm akan berkembang.
b.
BOD (Biological Oxygen
Demand), BOD adalah suatu analisa empiris yang mencoba mendekati secara
global proses mikrobiologis yang benar-benar terjadi dalam air. Pemeriksaan BOD
diperlukan untuk menentukan beban pencemaran akibat air buangan dan untuk
mendesain sistem pengolahan secara biologis. Dengan tes BOD kita akan
mengetahui kebutuhan oksigen biokima yang menunjukkan jumlah oksigen yang
digunakan dalam reaksi oksidasi oleh bakteri. Sehingga makin banyak bahan
organik dalam air, makin besar BOD nya sedangkan DO akan makin rendah. Air yang
bersih adalah yang BOD nya kurang dari 1 mg/l atau 1 ppm, jika BOD nya di atas 4 ppm, air dikatakan tercemar.
c. COD (Chemical Oxygent Demand), COD adalah jumlah oksigen (mg O2)
yang dibutuhkan untuk mengoksidasi zat-zat organik yang ada dalam 1 liter
sampel air, dimana pengoksidasi K2,Cr2,O7
digunakan sebagai sumber oksigen. Pengujian COD pada air limbah memiliki
beberapa keunggulan dibandingkan pengujian BOD yaitu sanggup menguji air limbah industri yang beracun yang tidak dapat diuji
dengan BOD karena bakteri akan mati dan waktu pengujian yang lebih singkat,
kurang lebih hanya 3 jam.
d.
pH, pH adalah derajat keasaman suatu zat. pH normal adalah 6-8. Tujuan metode pengujian ini
untuk memperoleh drajat keasaman (pH) dalam air dan air limbah dengan
menggunakan alat pH meter.
2. Parameter Fisika
Perubahan
yang ditimbulkan parameter fisika dalam air limbah yaitu padatan, kekeruhan,
bau, temperatur, daya hantar listrik dan warna. Padatan terdiri dari bahan
padat organik maupun anorganik yang larut, mengendap maupun suspensi.
Pengukuran daya hantar listrik ini untuk melihat keseimbangan kimiawi dalam air
dan pengaruhnya terhadap kehidupan biota.Warna timbul akibat suatu bahan
terlarut atau tersuspensi dalam air, di samping adanya bahan pewarna tertentu
yang kemungkinan mengandung logam berat. Bau disebabkan karena adanya campuran
dari nitrogen, fospor, protein, sulfur, amoniak dan zat organik lain. Temperatur air limbah akan mempengaruhi kecepatan reaksi hidrogen sulfida, karbon disulfida serta tata kehidupan dalam air. Perubahan suhu memperlihatkan aktivitas
kimiawi biologis pada benda padat dan gas dalam air. Pencemaran
yang mulai mengakibatkan iritasi (gangguan) ringan pada panca indra dan tubuh
serta telah menimbulkan kerusakan pada ekosistem lain
3.
Parameter Biologi
Parameter biologi meliputi ada atau
tidaknya pencemaran secara biologi berupa mikroorganisme, misalnya, bakteri
coli, virus, bentos dan plankton. jenis- jenis mikroorganisme di air yang
tercemar seperti Escherichia coli, Entamoeba
coli dan Salmonella thyposa.
Air merupakan sumber daya penting bagi sistem kehidupan, proses industri, produksi pertanian dan penggunaan domestik. Faktor utama yang dipertimbangkan ketika menentukan kualitas air (Effendi, 2003) adalah:
a.
Kekeruhan.
b.
Keasaman dan alkalinitas.
c.
Unsur jejak dan nutrisi
seperti nitrogen, fosfor, halogen (klorida dan ion fluorida), logam alkali
(natrium dan kalium ion), kalsium dan ion magnesium.
d.
Mikroorganisme.
e.
Kandungan oksigen terlarut
(DO).
BAB III
METODE
PERCOBAAN
III.1 Alat
Alat
yang digunakan pada percobaan ini adalah botol plastik, karet gelang, plastik
elastis dan pipet tetes.
III.2 Bahan
Bahan
yang digunakan pada percobaan ini adalah label, air laut jam 12 malam, air laut
jam 6 pagi, air PAM, air sungai, air danau, air selokan, air sumur, air kolam dan
larutan metilen biru.
III.3 Cara Kerja
Prosedur
kerja yang dilakukan pada percobaan ini adalah:
1.
Disiapkan 8
botol plastik yang masing-masing diberi label dengan nama sesuai dengan nama
air sampel yang ada.
2.
Diisi semua
botol dengan air sampel sesuai dengan nama pada label hingga penuh.
3.
Dimasukkan
metilen biru 0,5 ml, biarkan hingga larut sendiri.
4.
Ditutup mulut
botol menggunakan plastik tanpa ada udara yang masuk ke dalam botol lalu
mengikat plastik dengan karet gelang.
5.
Disimpan
botol-botol tersebut di tempat yang terang dan mengamati perubahannya selama 5
hari.
DAFTAR
PUSTAKA
Effendi, Hefni, 2003, Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan
Perairan, Kanisius, Yogyakarta.
Endang, 2008, Pencemaran
Air, http://olivpremvitalis.wordpress.com,
diakses pada Rabu tanggal 09 April 2014
pukul 20.00 WITA.
Izzuddin, F., 2004, Pengetahuan Lingkungan,
Kawan Pustaka, Jakarta.
Salmin, 2005,
Oksigen Terlarut (DO) dan Kebutuhan Oksigen (BOD) sebagai
Indikator Menentukan Kualitas Perairan,
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Soendjojo,
D., 1990, Ekologi Lanjutan, Depdikbud, Universitas Terbuka, Jakarta.
Sugiharto,
1987, Pengelolaan
air limbah, Universitas
Indonesia, Jakarta.
Umar,
R., 2014, Penuntun Praktikum Ekologi Umum,
Universitas
Hasanuddin, Makassar.
Whardana,
Wisnu, 1995, Dampak Pencemaran Lingkungan, Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta.
Wibawanto, 2010, Pencemaran Air, http://www.hydro.co.id/, diakses pada
Kamis tanggal 10 April 2014, pukul 21.00 WITA.
BAB
IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
IV.1 Hasil
Pengamatan
a.
Tabel pengamatan hasil percobaan kelompok ditempat terang
Hari
|
Air laut jam 12 malam
|
Air laut jam 6 pagi
|
Air sungai
|
Air selokan
|
Air PAM
|
Air sumur
|
Air danau
|
Air kolam
|
1.
|
+
|
++
|
+++
|
-
-
|
+++
|
+++
|
++
|
+++
|
2.
|
+
|
+
|
++
|
-
-
|
+++
|
+++
|
+
|
+++
|
3.
|
+
|
+
|
+
|
-
-
|
+++
|
+++
|
-
|
+++
|
4.
|
+
|
+
|
-
|
-
-
|
+++
|
+++
|
-
-
|
+++
|
5.
|
-
|
-
|
-
-
|
-
-
|
++
|
++
|
-
-
|
++
|
Keterangan:
+++ : Biru sekali/ pekat
++ : Biru sedang
+ :
Biru muda
- : Bening biru
-- : Bening sedikit biru
--- : Bening jernih
IV.2 Pembahasan
Pencemaran
air adalah suatu perubahan keadaan di suatu tempat penampungan air seperti
danau, sungai, lautan dan air tanah akibat aktivitas manusia. Polusi domestik
adalah adalah polusi yang berasal dari limbah rumah tangga. Percobaan pengaruh polusi domestik terhadap kualitas air bertujuan untuk
mengetahui kualitas air dari beberapa jenis atau sumber air yang berbeda dengan
menggunakan methylen blue. Dalam percobaan ini Metylen Blue berfungsi sebagai indikator untuk menguji
tingkat pencemaran air.
Berdasarkan pengamatan
yang dilakukan, maka diperoleh data sebagai berikut Air laut jam 12 malam pada
hari pertama sampai hari keempat air berwarna biru muda dan pada hari kelima air berwarna bening biru. Air laut jam 6 malam pada hari pertama
sampai hari keempat air berwarna biru muda dan pada hari kelima air berwarna bening biru. Air sungai pada hari pertama berwarna
sangat biru,
hari kedua berwarna biru sedang, hari ketiga berwarna biru muda, hari keempat berwarna bening
sedikit biru dan pada hari kelima berwarna keruh. Air selokan pada hari pertama sampai hari
kelima air berwarna keruh atau bening kebiruan. Air PAM pada hari pertama
sampai hari keempat air berwarna biru pekat atau biru sekali, dan hari kelima
berwarna biru. Air sumur pada hari pertama sampai hari keempat air berwarna biru
pekat atau biru sekali, dan hari kelima berwarna biru. Air kolam pada hari
pertama sampai hari keempat air berwarna biru pekat atau biru sekali, dan hari
kelima berwarna biru.
Berdasarkan hasil
pengamatan yang dilakukan, maka dapat diketahui harga kestabilan relatifnya
masing-masing air berdasarkan lama atau tidaknya air tersebut mempertahankan
keadaan warna awalnya yang berwarna biru. Kedelapan jenis atau sumber air yang
telah diuji dengan methylen blue memberikan gambaran bahwa sumber air yang paling tinggi tingkat
pencemarannya yaitu air selokan karena tidak mampu mempertahankan dalam waktu
yang lama keadaan awalnya yang berwarna biru. Hal ini disebabkan karena air
selokan mengandung banyak mikroorganisme yang mampu menguraikan bahan organik
yang terkandung dalam air tersebut. Sedangkan pada air sungai dan air danau
hanya mampu mempertahankan keadaan warnanya selama 3 hari ditemukan bahwa air
dengan cepat mengalami perubahan warna, hal ini karena air sungai dan air danau
memiliki kandungan mikroorganisme yang lumayan banyak sehingga mempunyai
kandungan oksigen yang rendah dengan BOD yaitu 50% dan sedikit
mikroorganismenya.
Pada air laut
malam dan pagi, air PAM, air kolam dan air sumur mampu mempertahankan keadaan
warnanya selama 5 hari sehingga BOD yaitu 75% dan diperkirakan hanya mengandung
sedikit saja mikroorganisme. Kestabilan relatif air sumur sangat tinggi. Hal
ini diperkirakan bahwa kandungan mikroba yang terdapat di dalam air sumur
kinerja aktivitasnya rendah sehingga hanya sedikit oksigen yang diuraikan
oleh mikroorganisme. Dan semakin tinggi aktivitas mikroba menguraikan bahan
organik, maka makin cepat kandungan O2 dalam air habis yang ditandai
warna air yang semakin bening.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi ukuran baik buruknya air yaitu suhu air, keasaman air, warna
air, bau air, dan rasa air yang berbeda dengan air yang steril, adanya jasad
renik dan bahan-bahan kimia yang menandakan bahwa air tersebut telah tercemar.
BAB V
PENUTUP
V.1
Kesimpulan
Berdasarkan percobaan ini dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Air
PAM dan air sumur masih tergolong jernih belum tercemar oleh polusi domestik.
Air laut jam 12 malam, air laut jam 6 pagi tergolong terjemar sedang. Sedangkan
air got sudah tergolong sangat tercemar oleh polusi domestik.
2. Metylen Blue berfungsi sebagai indikator untuk menguji tingkat pencemaran air.
V.2 Saran
Dalam
melakukan percobaan ini diperlakukan ketelitian dan kecermatan baik dalam
melaukan percobaan agar hasil percobaan yang diperoleh tidak menyimpang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar