Senin, 23 Maret 2015

PERCOBAAN IV PENGARUH POLUSI DOMESTIK TERHADAP KUALITAS AIR

LAPORAN PRAKTIKUM
EKOLOGI UMUM

PERCOBAAN IV
PENGARUH POLUSI DOMESTIK TERHADAP KUALITAS AIR

NAMA                       : BASRAWATI DAMING
NIM                            : H41113311
KELOMPOK            : VII (TUJUH) B
HARI/ TANGGAL   : SELASA/ 08 APRIL 2014
ASISTEN                   : YULIANI
                                                  SUCI MUSLIMAH


 




















LABORATORIUM ILMU LINGKUNGAN DAN KELAUTAN
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PNGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2014
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang
Lingkungan terdiri dari komponen biotik dan abiotik jika komponen biotik berada dalam komposisi yang proporsional antara tingkat trofik dengan komponen abiotik yang mendukung kehidupan komponen biotik, lingkungan tersebut berada dalam keseimbangan atau stabil. Keseimbangan lingkungan dapat menjadi rusak artinya lingkungan menjadi tidak seimbang jika terjadi perubahan yang melebihi daya dukung dan daya lentingnya (Umar, 2014 ).
Makhluk hidup yang ada di bumi ini tidak dapat terlepas dari kebutuhan akan air. Air merupakan kebutuhan utama bagi proses kehidupan di bumi ini. Namun dewasa ini air menjadi masalah yang perlu mendapat perhatian yang seksama dan cermat karena air sudah banyak tercemar oleh bermacam-macam limbah dari hasil kegiatan manusia, baik limbah dari kegiatan rumah tangga, limbah dari kegiatan indutsri dan lain-lain. Komponen pencemar air dapat berupa bahan buangan padat, bahan buangan organik dan anorganik, bahan buangan olahan bahan makanan, bahan buangan cairan berminyak, bahan buangan zat kimia seperti sabun, deterjen dan zat warna sintetis serta bahan buangan berupa panas (Wardhana, 1995).
Kehidupan mikroorganisme seperti ikan dan hewan air lainnya, tidak terlepas dari kandungan oksigen yang terlarut di dalam air, tidak berbeda dengan manusia dan mahluk hidup lainnya yang ada di darat  yang juga memerlukan oksigen dari udara agar tetap dapat bertahan. Air yang tidak mengandung oksigen tidak dapat memberikan kehidupan bagi mikroorganisme,  ikan dan hewan air lainnya. Oksigen yang terlarut di dalam air sangat penting artinya bagi kehidupan (Sugiharto,1987).
Sebagian dari air buangan terdiri atas komponen nitrogen seperti urea dan asam urik yang kemudian akan terurai menjadi amoniak dan nitrit. Pada perairan yang dimasuki oleh limbah rumah tangga biasanya akan menyebabkan populasi ganggang menjadi meningkat pesat sebagai akibat banyaknya persediaan nutrien. Sebaliknya, persediaan oksigen dalam perairan tersebut semakin berkurang disana dapat ditemukan Tubifex sp, hewan air yang mampu hidup dengan baik di bawah kondisi defisiensi oksigen (Effendi, 2003).
Untuk mengetahui bagaimana pengaruh polusi domestik terhadap kualitas air maka dilakukanlah percobaan ini untuk menentukan kualitas air dari beberapa sumber yang berbeda dengan menggunakan indikator metil biru.

I.2 Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan ini adalah:
1.      Untuk mengetahui kualitas air dari beberapa sumber yang berbeda, dengan menggunakan metilen biru.
2.      Mengenalkan dan melatih keterampilan mahasiswa dalam menggunakan peralatan yang berhubungan dengan pencemaran lingkungan.
I.3 Waktu dan Tempat Percobaan
Percobaan Pengaruh Polusi Domestik Terhadap Kualitas Air dilaksanakan pada hari Selasa, 08 April 2014 Pukul 14.00-17.00 WITA di Laboratorium Biologi Dasar, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin, Makassar.



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Planet bumi sebagian besar terdiri atas air karena luas daratan meman lebih kecil dibandingkan dengan luas lautan. Makhluk hidup yang ada di bumi ini tidak dapat terlepas dari kebutuhan akan air. Air merupakan kebutuhan utama bagi proses kehidupan di bumi ini. Namun dewasa ini air menjafi masalah yang perlu mendapat perhatian yang seksama dan cermat karena air sudah banyak tercemar oleh bermacam-macam limbah dari hasil kegiatan manusia, baik limbah dari kegiatan rumah tangga, limbah dari kegiatan indutsri dan lain-lain (Wardhana, 1995).
Menurut UU Republik Indonesia No 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup yang dimaksud dengan pencemaran lingkungan hidup yaitu masuknya atau dimasukkannya mahluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga kualitasnya turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan hidup tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukkannya. Demikian pula dengan lingkungan air yang dapat pula tercemar karena masuknya atau dimasukannya mahluk hidup atau zat yang membahayakan bagi kesehatan (Wibawanto, 2010).
Pencemaran air adalah penambahan unsur atau organisme laut kedalam air sehingga pemanfaatannya dapat terganggu. Pencemaran air dapat menyebabkan kerugian ekonomi dan sosial  karena adanya gangguan oleh adanya zat-zat beracun atau muatan bahan organik yang berlebih. Keadaan ini akan menyebabkan oksigen terlarut dalam air pada kondisi yang kritis atau merusak kadar kimia air(Salmin, 2005).
Pencemaran air terjadi apabila dalam air terdapat berbagai macam zat atau
kondisi (misal Panas) yang dapat menurunkan standar kualitas air yang telah ditentukan  sehingga tidak dapat digunakan untuk kebutuhan tertentu. Suatu sumber air dikatakan tercemar tidak hanya karena tercampur dengan bahan pencemar, akan tetapi apabila air tersebut tidak sesuai dengan kebutuhan tertentu sebagai contoh suatu sumber air yang mengandung logam berat atau mengandung bakteri penyakit masih dapat digunakan untuk kebutuhan industri atau sebagai pembangkit tenaga listrik, akan tetapi tidak dapat digunakan untuk kebutuhan rumah tangga (keperluan air minum, memasak, mandi dan mencuci) (Sugiharto, 1987).
Air yang tercemar mempunyai kandungan oksigen sangat rendah, hal ini disebabkan oleh oksigen terlarut dalam air diserap oleh mikroorganisme untuk mendegradasi bahan buangan organik sehingga mengikuti reaksi oksidasi biasa atau menjadi bahan yang mudah menguap. Dalam proses degradasi membutuhkan sekitar 10-20 hari pada suhu 20oC, dalam 2 hari kemungkinan besar reaksi sudah mencapai 50% dan pada hari ke 5 reaksi sudah mencapai 75% bahan terdegradasi dan ini tergantung dari kerja mikroorganisme dan jumlah oksigen terlarut. Semakin tinggi aktivitas mikroba menguraikan bahan organik makin cepat kandungan O2 dalam air habis sehingga dapat dikatakan bahwa kestabilan relatif dari air tadi rendah (Umar, 2014).
Pencemaran air dapat dikelompokkan kedalam 2 kategori yaitu sumber langsung dan sumber tidak langsung. Sumber langsung sumber-sumber langsung adalah buangan  effluent  yang berasal dari sumber  pencemarnya yaitu limbah hasil pabrik atau limbah dari hasil kegiatan domestic berupa buangan hasil cucian atau sampah, pencemaran terjadi karena buangan ini langsung dibuang ke badan air (sistem) seperti sungai, danau, kanal, parit atau selokan. Sumber-sumber tidak langsung adalah kontaminan yang masuk melalui air tanah akibat adanya pencemaran pada air  permukaan baik dari limbah domestik maupun dari limbah industri (Endang, 2008).
Ada beberapa penyebab terjadinya pencemaran air antara lain apabila air terkontaminasi dengan bahan pencemar air seperti sampah rumah tangga, sampah lembah industri, sisa-sisa pupuk atau pestisida dari daerah pertanian, limbah rumah sakit, limbah kotoran ternak, partikulat-partikulat padat hasil kebakaran hutan dan gunung berapi yang meletus atau endapan hasil erosi tempat-tempat yang dilaluinya (Soendjojo,1990).
Polusi domestik atau polusi akibat aktivitas rumah tangga yang dapat berupa sampah,  sisa makanan,  sabun,  deterjen dan bahan tinja, di mana bahan ini mudah diuraikan oleh mikroba air dengan menggunakan oksigen terlarut dalam air. Derajat pencemaran suatu perairan dapat diketahui dengan bermacam-macam cara  misalnya berdasarkan kejernihan air,  kandungan O2 terlarut, kebutuhan O2 oleh mikroba (BOD = Biological Oxygen Demand)  dan proses kimiawi lainnya dalam penguraian bahan organik di dalam air (Umar, 2014).
BOD (Biochemical Oxygen Demand) artinya kebutuhan oksigen biokimia yang menunjukkan jumlah oksigen yang digunakan dalam reaksi oksidasi oleh bakteri sehingga makin banyak bahan organik dalam air, makin besar BOD nya sedangkan DO akan makin rendah. Air yang bersih adalah yang BOD nya kurang dari 1 mg/l atau 1 ppm, jika BOD nya di atas 4 ppm, air dikatakan tercemar yang dimaksud adalah oksigen terlarut yang terkandung di dalam air, berasal dari udara dan hasil proses fotosintesis tumbuhan air. Oksigen diperlukan oleh semua makhluk yang hidup di air seperti ikan, udang, kerang dan hewan lainnya termasuk mikroorganisme seperti bakteri. Apabila sungai menjadi tempat pembuangan limbah yang mengandung bahan organik sebagian besar oksigen terlarut digunakan bakteri aerob untuk mengoksidasi karbon dan nitrogen dalam bahan organik menjadi karbondioksida dan air. Sehingga kadar oksigen terlarut akan berkurang dengan cepat dan akibatnya hewan-hewan seperti ikan dan udang akan mati (Sugiharto, 1987).
Oksigen terlarut (dissolved oxygen, disingkat DO) atau sering juga disebut dengan kebutuhan oksigen (Oxygen demand) merupakan salah satu parameter penting dalam analisis kualitas air. Nilai DO yang biasanya diukur dalam bentuk konsentrasi ini menunjukan jumlah oksigen (O2) yang tersedia dalam suatu badan air. Semakin besar nilai DO pada air, mengindikasikan air tersebut memiliki kualitas yang bagus. Sebaliknya jika nilai DO rendah, dapat diketahui bahwa air tersebut telah tercemar. Pengukuran DO juga bertujuan melihat sejauh mana badan air mampu menampung biota air seperti ikan  (Sugiharto, 1987).
Parameter pencemaran air yaitu masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup,  zat,  energi dan atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup, oleh kegiatan manusia sehingga kualitasnya turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan hidup tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukkannya. Air dikatakan tercemar apabila kualitasnya turun sampai ke tingkat yang membahayakan sehingga air tidak bisa digunakan sesuai peruntukannya. Ada beberapa parameter untuk mengetahui kualitas air (Izzudin, 2004) yaitu:
1.    Parameter Kimia
a.    DO (Dissolved Oxygen), yang dimaksud dengan DO adalah oksigen terlarut   yang terkandung di dalam air, berasal dari udara dan hasil proses fotosintesis tumbuhan air. Oksigen diperlukan oleh semua makhluk yang hidup di air seperti ikan, udang, kerang dan hewan lainnya termasuk mikroorganisme seperti bakteri. Agar ikan dapat hidup, air harus mengandung oksigen paling sedikit 5 mg/ liter atau 5 ppm (part per million). Apabila kadar oksigen kurang dari 5 ppm, ikan akan mati tetapi bakteri yang kebutuhan oksigen terlarutnya lebih rendah dari 5 ppm akan berkembang.
b.    BOD (Biological Oxygen Demand), BOD adalah suatu analisa empiris yang mencoba mendekati secara global proses mikrobiologis yang benar-benar terjadi dalam air. Pemeriksaan BOD diperlukan untuk menentukan beban pencemaran akibat air buangan dan untuk mendesain sistem pengolahan secara biologis. Dengan tes BOD  kita akan mengetahui kebutuhan oksigen biokima yang menunjukkan jumlah oksigen yang digunakan dalam reaksi oksidasi oleh bakteri. Sehingga makin banyak bahan organik dalam air, makin besar BOD nya sedangkan DO akan makin rendah. Air yang bersih adalah yang BOD nya kurang dari 1 mg/l atau 1 ppm, jika BOD nya di atas 4 ppm, air dikatakan tercemar.
c.    COD (Chemical Oxygent Demand), COD adalah jumlah oksigen (mg O2) yang dibutuhkan untuk mengoksidasi zat-zat organik yang ada dalam 1 liter sampel air, dimana pengoksidasi K2,Cr2,O7 digunakan sebagai sumber oksigen. Pengujian COD pada air limbah memiliki beberapa keunggulan dibandingkan pengujian BOD yaitu sanggup menguji air limbah industri yang beracun yang tidak dapat diuji dengan BOD karena bakteri akan mati dan waktu pengujian yang lebih singkat, kurang lebih hanya 3 jam.
d.   pH, pH adalah derajat keasaman suatu zat. pH normal adalah 6-8. Tujuan metode pengujian ini untuk memperoleh drajat keasaman (pH) dalam air dan air limbah dengan  menggunakan alat pH meter.
2.    Parameter Fisika
Perubahan yang ditimbulkan parameter fisika dalam air limbah yaitu padatan, kekeruhan, bau, temperatur, daya hantar listrik dan warna. Padatan terdiri dari bahan padat organik maupun anorganik yang larut, mengendap maupun suspensi. Pengukuran daya hantar listrik ini untuk melihat keseimbangan kimiawi dalam air dan pengaruhnya terhadap kehidupan biota.Warna timbul akibat suatu bahan terlarut atau tersuspensi dalam air, di samping adanya bahan pewarna tertentu yang kemungkinan mengandung logam berat. Bau disebabkan karena adanya campuran dari nitrogen, fospor, protein, sulfur, amoniak dan zat organik lain. Temperatur air limbah akan mempengaruhi kecepatan reaksi hidrogen sulfida, karbon disulfida serta tata kehidupan dalam air. Perubahan suhu memperlihatkan aktivitas kimiawi biologis pada benda padat dan gas dalam air. Pencemaran yang mulai mengakibatkan iritasi (gangguan) ringan pada panca indra dan tubuh serta telah menimbulkan kerusakan pada ekosistem lain
3.       Parameter Biologi
            Parameter biologi meliputi ada atau tidaknya pencemaran secara biologi berupa mikroorganisme, misalnya, bakteri coli, virus, bentos dan plankton. jenis- jenis mikroorganisme di air yang tercemar seperti Escherichia coli, Entamoeba coli dan Salmonella thyposa.
Air merupakan sumber daya penting bagi sistem kehidupan, proses industri, produksi pertanian dan penggunaan domestik. Faktor utama yang dipertimbangkan ketika menentukan kualitas air (Effendi, 2003) adalah:
a.       Kekeruhan.
b.      Keasaman dan alkalinitas.
c.       Unsur jejak dan nutrisi seperti nitrogen, fosfor, halogen (klorida dan ion fluorida), logam alkali (natrium dan kalium ion), kalsium dan ion magnesium.
d.      Mikroorganisme.
e.       Kandungan oksigen terlarut (DO).
BAB III
METODE PERCOBAAN

III.1 Alat
            Alat yang digunakan pada percobaan ini adalah botol plastik, karet gelang, plastik elastis dan pipet tetes.

III.2 Bahan
            Bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah label, air laut jam 12 malam, air laut jam 6 pagi, air PAM, air sungai, air danau, air selokan, air sumur, air kolam dan larutan metilen biru.
III.3 Cara Kerja
            Prosedur kerja yang dilakukan pada percobaan ini adalah:
1.    Disiapkan 8 botol plastik yang masing-masing diberi label dengan nama sesuai dengan nama air sampel yang ada.
2.    Diisi semua botol dengan air sampel sesuai dengan nama pada label hingga penuh.
3.    Dimasukkan metilen biru 0,5 ml, biarkan hingga larut sendiri.
4.    Ditutup mulut botol menggunakan plastik tanpa ada udara yang masuk ke dalam botol lalu mengikat plastik dengan karet gelang.
5.    Disimpan botol-botol tersebut di tempat yang terang dan mengamati perubahannya selama 5 hari.



DAFTAR PUSTAKA
Effendi, Hefni,  2003,  Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Perairan, Kanisius, Yogyakarta.

Endang, 2008,  Pencemaran Air,  http://olivpremvitalis.wordpress.com, diakses pada Rabu tanggal 09  April 2014 pukul 20.00 WITA.

Izzuddin, F., 2004, Pengetahuan Lingkungan, Kawan Pustaka, Jakarta.
Salmin, 2005, Oksigen Terlarut (DO) dan Kebutuhan Oksigen (BOD) sebagai Indikator Menentukan Kualitas Perairan, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Soendjojo, D., 1990, Ekologi Lanjutan, Depdikbud, Universitas Terbuka, Jakarta.

Sugiharto, 1987, Pengelolaan air limbah, Universitas Indonesia, Jakarta.

Umar, R., 2014, Penuntun Praktikum Ekologi Umum, Universitas Hasanuddin, Makassar.

Whardana, Wisnu, 1995, Dampak Pencemaran Lingkungan, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Wibawanto,  2010, Pencemaran Air, http://www.hydro.co.id/, diakses pada Kamis tanggal 10 April 2014, pukul 21.00 WITA.





















BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Hasil Pengamatan
a.       Tabel pengamatan hasil percobaan kelompok ditempat terang
Hari
Air laut jam 12 malam
Air laut jam 6 pagi
Air sungai
Air selokan
Air PAM
Air sumur
Air danau
Air kolam
1.       
+
++
+++
- -
+++
+++
++
+++
2.       
+
+
++
- -
+++
+++
+
+++
3.       
+
+
+
- -
+++
+++
-
+++
4.       
+
+
-
- -
+++
+++
- -
+++
5.       
-
-
- -
- -
++
++
- -
++

Keterangan:
+++                 : Biru sekali/ pekat
++                    : Biru  sedang
 +                     : Biru  muda
-                       : Bening biru
--                      : Bening sedikit biru
---                    : Bening jernih
IV.2 Pembahasan
Pencemaran air adalah suatu perubahan keadaan di suatu tempat penampungan air seperti danau, sungai, lautan dan air tanah akibat aktivitas manusia. Polusi domestik adalah adalah polusi yang berasal dari limbah rumah tangga. Percobaan pengaruh polusi domestik terhadap kualitas air bertujuan untuk mengetahui kualitas air dari beberapa jenis atau sumber air yang berbeda dengan menggunakan methylen blue. Dalam percobaan ini Metylen Blue berfungsi sebagai indikator untuk menguji tingkat pencemaran air.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, maka diperoleh data sebagai berikut Air laut jam 12 malam pada hari pertama sampai hari keempat air berwarna biru muda dan pada hari kelima air berwarna  bening biru. Air laut jam 6 malam pada hari pertama sampai hari keempat air berwarna biru muda dan pada hari kelima air berwarna  bening biru. Air sungai pada hari pertama berwarna sangat biru,  hari kedua berwarna biru sedang, hari ketiga berwarna biru  muda, hari keempat berwarna bening sedikit biru dan pada hari kelima berwarna keruh.  Air selokan pada hari pertama sampai hari kelima air berwarna keruh atau bening kebiruan. Air PAM pada hari pertama sampai hari keempat air berwarna biru pekat atau biru sekali, dan hari kelima berwarna biru. Air sumur pada hari pertama sampai hari keempat air berwarna biru pekat atau biru sekali, dan hari kelima berwarna biru. Air kolam pada hari pertama sampai hari keempat air berwarna biru pekat atau biru sekali, dan hari kelima berwarna biru.
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan, maka dapat diketahui harga kestabilan relatifnya masing-masing air berdasarkan lama atau tidaknya air tersebut mempertahankan keadaan warna awalnya yang berwarna biru. Kedelapan jenis atau sumber air yang telah diuji dengan methylen blue memberikan gambaran bahwa sumber air yang paling tinggi tingkat pencemarannya yaitu air selokan karena tidak mampu mempertahankan dalam waktu yang lama keadaan awalnya yang berwarna biru. Hal ini disebabkan karena air selokan mengandung banyak mikroorganisme yang mampu menguraikan bahan organik yang terkandung dalam air tersebut. Sedangkan pada air sungai dan air danau hanya mampu mempertahankan keadaan warnanya selama 3 hari ditemukan bahwa air dengan cepat mengalami perubahan warna, hal ini karena air sungai dan air danau memiliki kandungan mikroorganisme yang lumayan banyak sehingga mempunyai kandungan oksigen yang rendah dengan BOD yaitu 50% dan sedikit mikroorganismenya.
 Pada air laut malam dan pagi, air PAM, air kolam dan air sumur mampu mempertahankan keadaan warnanya selama 5 hari sehingga BOD yaitu 75% dan diperkirakan hanya mengandung sedikit saja mikroorganisme. Kestabilan relatif air sumur sangat tinggi. Hal ini diperkirakan bahwa kandungan mikroba yang terdapat di dalam air sumur kinerja aktivitasnya  rendah sehingga hanya sedikit oksigen yang diuraikan oleh mikroorganisme. Dan semakin tinggi aktivitas mikroba menguraikan bahan organik, maka makin cepat kandungan O2 dalam air habis yang ditandai warna air yang semakin bening.
            Faktor-faktor yang mempengaruhi ukuran baik buruknya air yaitu suhu air, keasaman air, warna air, bau air, dan rasa air yang berbeda dengan air yang steril, adanya jasad renik dan bahan-bahan kimia yang menandakan bahwa air tersebut telah tercemar.










BAB V
PENUTUP

V.1 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan ini dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1.     Air PAM dan air sumur masih tergolong jernih belum tercemar oleh polusi domestik. Air laut jam 12 malam, air laut jam 6 pagi tergolong terjemar sedang. Sedangkan air got sudah tergolong sangat tercemar oleh polusi domestik.
2.     Metylen Blue berfungsi sebagai indikator untuk menguji tingkat pencemaran air.
V.2 Saran
            Dalam melakukan percobaan ini diperlakukan ketelitian dan kecermatan baik dalam melaukan percobaan agar hasil percobaan yang diperoleh tidak menyimpang.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar