LAPORAN
PRAKTIKUM
GENETIKA
PERCOBAAN IV
PEWARISAN KUANTITATIF
NAMA : BASRAWATI DAMING
NIM : H41113311
KELOMPOK : V (LIMA) B
HARI/
TANGGAL : SENIN/ 24 MARET 2014
ASISTEN : RISKY NURHIKMAYANI
LABORATORIUM GENETIKA JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PNGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2014
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Biasanya
kita beranggapan bahwa suatu kelas fenotip itu selalu mudah dibedakan dari
kelas fenotip yang lain. Misalnya, bunga suatu tanaman ada yang merah dan ada
yang putih; warna kulit orang ada yang hitam dan ada yang putih; tubuh orang
ada yang tinggi dan ada yang pendek. Akan tetapi bila diperhatikan dengan baik,
dalam kenyataannya kelas fenotip tadi tidak dapat dibedakan semudah itu.
Sebabnya karena seringkali masih dapat diketahui adanya beberapa variasi di
dalam suatu kelas fenotip. Misalnya saja, bunga merah muda. Kulit hitam pada
orang ada yang hitam sekali, hitam biasa, sawo matang. Tubuh orang ada yang
tinggi sekali, tinggi dan sedang (Suryo,
2010).
Pada tahun 1760, kolreuter melakukan suatu
percobaan dengan menggunakan tanaman
tembakau (Nicotiana tabacum). Dengan membandingkan percobaan kolreuter dan
mendel maka dapat ditarik kesimpulan adanya perbedaan yaitu bahwa sifat
keturunan yang dikemukakan kolreuter itu ditinjau secara kuantitatif artinya sifat keturunan tampak berderajat
berdasarkan intensitas dari ekspresi sifat itu. Sedangkan Mendel meninjau sifat
keturunan secara kualitatif, yang artinya sifat keturunan itu tammpak ataukah
tidak (Suryo, 1984).
Pada tahun 1909, seorang ahli genetika Swedia Nilson
Ehle menganalisis hasil pewarisan warna biji gandum terigu dan berhasil menyumbangkan suatu konsep yang
sangat penting dalam genetika. Arti penting dari hasil Nilson Ehle terletak
pada faktor bahwa sifat-sifat itu tidak selalu ditentukan oleh pasangan gen
berbeda yang berinteraksi menghasilkan suatu fenotip tertentu (Agus, 2014).
Pewarisan karakter kualitatif mudah dibedakan karena masing-masing
mempunyai populasi yang jauh berbeda. Di lain pihak
tertentu ada kelompok antara yang sukar dikategorikan. Kelompok ini mewakili
zona transisi diantara kedua sistem pewarisan karakter dan termasuk bentuk
antara yang diwariskan karena pengaruh interaksi lingkungan yang memungkinkan
adanya sejumlah genotip yang diekspresikan pada bentuk fenotipnya (Agus, 2014).
Oleh sebab itu untuk menjelaskan perbedaan antara genetika
kuantitatif
dan genetika kualitatif maka dilakukan percobaan mengenai pewarisan kuantitatif.
I.2 Tujuan Percobaan
Tujuan
yang akan dicapai pada percobaan ini adalah :
1. Menjelaskan
perbedaan antara genetika kuantitatif dan genetika kualitatif.
2. Mengetahui
cara mengumpulkan, menganalisis dan menafsirkan data penelitian tentang
pewarisan kuantitatif.
I.3 Waktu dan Tempat Percobaan
Percobaan Pewarisan Kuantitatif dilaksanakan pada hari Kamis, 27 Maret 2014
pukul 14.00-17.30 WITA di Laboratorium Biologi Dasar, Jurusan Biologi, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Hasanuddin, Makassar.
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
Mendel
mempelajari karakter-karakter yang biasa digolongkan sebagai ini atau itu
misalnya warna bunga ungu atau putih. Akan tetapi untuk banyak karakter misalnya
warna kulit dan tinggi manusia klasifikasi ini-atau-itu mustahil karena
karakter tersebut bervariasi dalam populasi sepanjang suatu kontinum atau
kesinambungan (bergradasi). Karakter semacam ini disebut karakter kuantitatif
(Campbell, dkk, 2010).
Salah satu dari kekeliruan dari kegagalan
Mendel berasal dari studi tentang pewarisan sifat-sifat yang secara kuantitatif
berbeda-beda dengan cara yang kualitatif yang mudah dikenal dan nyata. Namun
manusia tidak ada yang tinggi atau pendek, tidak pula berat atau ringan.Banyak
sifat berlainan secara kuantitatif yang berlanjut di seluruh populasi (Kimball,
dkk., 1983).
Dengan membandingkan
hasil percobaan Kölreuter dan Mendel dapatlah ditarik kesimpulan adanya
perbedaan sebagai berikut (Suryo, 2010):
Kölreuter : pada waktu menyilangkan dua
tanaman dengan memperhatikan satu beda sifat didapatkan tanam-tanaman F1 yang
semuanya intermedier, sedangkan F2 berupa tanam-tanaman yang memperlihatkan
banyak variasi antara kedua tanaman induknya.
Mendel : pada waktu menyilangkan dua tanaman dengan
memperhatikan satu beda sifat didapatkan tanam-tanaman F1 yang semuanya
memiliki sifat dominan, sedangkan dalam F2 terdapat keturunan yang memisah
dengan perbandingan fenotip 3 : 1.
Jelaslah
perbedaannya, yaitu bahwa sifat keturunan yang dikemukakan Kölreuter itu
ditinjau secara kuantitatif, artinya sifat keturunan tampak berderajat
berdasarkan intensitas dari ekspresi sifat itu. Sedangkan Mendel meninjau sifat
keturunan secara kualitatif, artinya sifat keturunan itu tampak atau tidak (Suryo, 2010).
Mendel
mempelajari karakter yang dapat dipisahkan (contoh warna ungu dan warna putih
pada bunga) namun banyak karakter yang tidak dapat dipisahkan dengan jelas
seperti warna kulit manusia dan tinggi manusia karena karakter ini bervariasi
sepanjang continum (memiliki gradasi). Hal tersebut dikatakan sebagai
quantitatif characters. Variasi kuantitatif pada umumnya menunjukkan adanya
polygenic inheritance, yaitu suatu efek tambahan dari dua atau lebih gen
terhadap satu karakter fenotip (kebalikan dari pleiotropy dimana satu gen
mempengaruhi beberapa karakter fenotip). Pigmentasi kulit manusia ditentukan
oleh paling sedikit tiga gen terpisah yang diwariskan (Campbell, dkk., 2010).
Pada tahun 1908 informasi mengenai
pewarisan kuantitatif memberikan pemecahan masalah atas pewarisan sifat
tersebut. Ahli genetika asal Swedia Nielsen Ehle, menelaah pewarisan warna biji
gandum. Dengan menggunakan metode Mendel, ia menyilangkan galur-galur
biji-merah tangkar-murni dengan galur-galur tangkar murni. Keturunannya semua merah,
tetapi intensitas warnannya jauh lebih tipis dibandingkan dengan tetua merah (Kimball, dkk., 1983).
Biasanya kita beranggapan bahwa
suatu kelas fenotip itu selalu mudah dibedakan dari kelas fenotip yang lain.
Misalnya, bunga suatu tanaman ada yang merah dan ada yang putih, warna kulit
orang ada yang hitam dan ada yang putih, tubuh orang ada yang tinggi dan ada
yang pendek. Akan tetapi bila diperhatikan dengan baik, dalam kenyataannya
kelas fenotip tadi tidak dapat dibedakan semudah itu. Sebabnya karena
seringkali masih dapat diketahui adanya beberapa variasi didalam suatu kelas
fenotip. Misalnya saja, bunga merah muda.Kulit hitam pada orang ada yang hitam
sekali, hitam biasa, sawo matang.Tubuh orang ada yang tinggi sekali, tinggi,
sedang (Suryo, 1984).
Perbedaan dasar antara
sifat kualitatif dan sifat kuantitatif melibatkan jumlah gen yang berkontribusi
pada variabilitas fenotip dan derajat di mana fenotip itu dapat dimodifikasi
oleh faktor-faktor lingkungan. Sifat-sifat kuantitatif dapat diatur oleh banyak
gen (mungkin 100 sampai 100 atau lebih),
masing-masing berkontribusi terhadap fenotip begitu sedikit sehingga
pengaruh-pengaruh individunya tidak dapat dideteksi dengan metode-metode
Mendel. Gen-gen yang bersifat demikian disebut poligen (Agus, 2014).
Dibawah ini disajikan
ringkasan beberapa perbedaan utama antara genetika kuantitatif dan kualitatif
(Stansfield, 1991):
No.
|
Genetika Kuantitatif
|
Genetika Kualitatif
|
1.
|
Ciri-ciri
dari derajat.
|
Ciri-ciri
dari jenis.
|
2.
|
Variasi kontinu; pengukuran fenotip merupakan
suatu spektrum.
|
Variasi diskontinu; kelas-kelas fenotip yang
jelas.
|
3.
|
Pengendalian
poligenik; pengaruh gen-gen tunggal
terlalu kecil untuk dapat dideteksi.
|
Gen tunggal memberikan pengaruh yang jelas
dapat dibedakan.
|
4.
|
Mempersoalkan
suatu populasi organisme yang
terdiri dari segala macam perkawinan yang dapat terjadi.
|
Mempersoalkan
perkawinan-perkawinan individu dan
keturunannya.
|
5.
|
Analisis
statistik memberikan estimasi (perkiraan) parameter-parameter
populasi seperti rata-rata dan deviasi standar.
|
Dianalisis
dengan membuat penghitungan-penghitungan
dan rasio-rasio.
|
Beberapa sifat keturunan pada manusia pun diwariskan lewat poligen.
Berikut ini ada beberapa contoh (Suryo,
2010):
1.
Perbedaan pigmentasi kulit
Davenport dan Davenport menemukan pengaruh poligen
pada pigmentasi kulit manusia yang memperlihatkan variasi kuantitatif antara
warna muda sampai hitam-arang. Bila empat pasang gen yang mengambil peranan,
maka untuk mendapatkan anak dengan warna kulit yang ekstrem kemungkinannya .
2.
Perbedaan tinggi tubuh
Menurut penyelidikan ada 4 pasang gen yang ikut
mempengaruhi tinggi tubuh orang. Akan tetapi di sini dapat dibedakan adanya
gen-gen dasar (ialah gen-gen yang menentukan tinggi dasar) dinyatakan dengan
simbol a, b, c, d dan gen-gen ganda (yaitu gen-gen yang memberi tambahan pada
tinggi orang) dinyatakan dengan simbol T (untuk tinggi) dan t (untuk rendah).
3.
Sidik jari
Sidik jari orang merupakan contoh
yang indah pula untuk mengetahui peranan poligen.
4.
Bibir sumbing dan celah langit-langit
Kelainan ini pun disebabkan oleh poligen. Di Amerika
Serikat terdapat seorang diantara 750 sampai 1000 kelahiran yang memiliki
kelainan ini.
5.
Warna mata manusia
Apabila mata
manusia diperhatikan dengan baik, tampak bahwa warnanya
berbeda-beda tergantung dari kandung pigmen melanin di
dalam iris. Jelaslah berbagai macam warna mata manusia itu disebabkan oleh
berperannya poligen.
6. Hidrosefali
Hidrosefali, yaitu membesarnya kepala karena berisi
cairan, tidak selalu genetis. Akan tetapi ada salah satu tipe penyakit
hidrosefali yang disebabkan oleh poligen. Sebelum atau segera setelah anak
lahir, cairan serebrospinal menggumpal dalam tengkorak dan menyebabkan kepala
menjadi membesar. Biasanya disertai dengan cacat mental dan kebanyakan hidupnya
tidak lama.
7. Diabetes,
tekanan darah tinggi, beberapa penyakit jantung, dan intelegensia
Penyakit ini pun di duga disebabkan
oleh poligen.
BAB III
METODE PERCOBAAN
III.1 Alat dan Bahan
III.1.1 Alat
Alat yang
digunakan pada percobaan ini yaitu Alat tulis menulis, kuas dan wadah cat air.
III.1.2 Bahan
Bahan yang
digunakan pada percobaan ini yaitu koin Rp.500, cat air dan kertas A4 dan
air.
III.2 Cara kerja
Adapun cara kerja yang dilakukan pada percobaan ini adalah
sebagai berikut:
1.
Siapkan
semua alat dan bahan yang akan digunakan
2.
Ambil
kertas, koin dan pensil, lalu gambar lingkaran diatas kertas tersebut dengan
menggunakan koin dan pensil sebanyak 14 lingkaran ( 2 lingkaran untuk parental
1, 1 lingkaran untuk keturunan F1, 2 lingkaran perkawinan antara F1 * F1, dan
terakhir 9 lingkaran sebagai hasil keturunan F2).
3.
Untuk kesembilan lingkaran tersebut,
diberi nomor secara berurutan mulai dari 1 sampai 9.
4. Ambil cat air warna hitam dan putih,
beri warna pada masing-masing lingkaran betina untuk warna putih dan jantan
untuk warna hitam serta pada lingkaran 1 warna putih dan lingkaran 9
hitam.
5. Campurkan kedua warna, aduk dengan
kuas hingga merata, olesi warna tersebut pada keturunan yang dihasilkan di F1
dan pada kolom ke-5.
6.
Untuk ke-9
lingkaran tadi, lingkaran
1, 5 dan 9 telah diberi warna (masing-masing
putih, abu-abu dan hitam). Untuk lingkaran 2, 3, 4, 6,
7,
dan 8, akan dilakukan percampuran warna sebagai
berikut :
a.
Untuk lingkaran ke-3, warnanya
didapatkan dari campuran antara lingkaran ke-1 dan lingkaran ke-5 (putih dan
abu-abu) dalam wadah yang lain. Untuk lingkaran ke-2, campuran warnanya antara
lingkaran ke 1 dan ke 3 dalam wadah yang lain juga. Begitu pun seterusnya,
untuk lingkaran yang berikut.
b.
Lingkaran ke-3 dan lingkaran ke-5
hasilnya untuk lingkaran ke-4.
c.
Lingkaran ke-5 dan ke-9 hasilnya
adalah untuk lingkaran ke-7.
d. Lingkaran
ke-5 dan ke-7 hasilnya adalah untuk lingkaran ke 6.
e. Lingkaran
ke-7 dan ke-9 hasilnya adalah untuk lingkaran ke-8.
7. Masing-masing
warna yang telah dicampurkan, hasilnya diberikan ke lingkaran yang telah
ditentukan di atas.
BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari
praktikum ini adalah sebagai berikut:
1.
Perbedaan
mendasar antara sifat kualitatif dengan kuantitatif adalah bahwa sifat
kuantitatif ditentukan oleh banyaknya gen (10 sampai lebih 100) disebut poligen. Perbedaan lainnya, sifat
kuantitatif sifatnya berupa spektrum, variasi berkesinambungan, berkenaan
dengan perkawinan populasi dan dilakukan analisis stastistik. Sedangkan sifat
kualitatif sifatnya berupa jenis, variasi tidak berkesinambungan, berkenaan
dengan perkawinan individu dan dianalisa dengan menghitung.
2.
Data
dikumpulkan berdasarkan kelas genotipnya kemudian dianalisis dengan menggunakan
teori pewarisan kuantitatif dan ditafsirkan sesuai dengan hasil persilangan dan
rasio yang dihasilkan sehingga dapat dikatakan bahwa ada pengaruh poligen
terhadap pola pewarisannya.
V.2 Saran
Saran
saya sebaiknya percobaan dilakukan dengan teliti sehingga hasil dapat lebih
akurat. Selain itu, laboratorium perlu dilengkapai dengan fasilitas yang lebih
baik untuk mendukung lancarrnya praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
Agus, Rosana. 2014. Penuntun Praktikum Genetika.
Universitas Hasanudin. Makassar.
Campbell, Neil A. Reece, Jane B. dan Mitchell
Lawrence. 2010. Biologi Jilid I Edisi
Kedelapan. Erlangga. Jakarta.
Kimball, J.W., Tjitrosomo, S.S., Sugiri, N. 1983. Biologi Jilid 1 Edisi Kelima. Erlangga:
Jakarta.
Stansfield, William D., 1991. Genetika. Erlangga.
Jakarta.
Suryo. 1984. Genetika. Gadjah Mada university Press:
Yogyakarta.
Suryo. 2010. Genetika Manusia. Gajah Mada University
Press. Yogyakarta.
Play Live Dealer Casino Sites
BalasHapusA modern, online casino site is created to cater for all types of players. We also have more than 카지노사이트luckclub 5 different online casino sites to choose from. Our aim is to